Seperti diketahui, kesuburan wanita,
salah satunya ditandai oleh adanya menstruasi. Menstruasi berarti, sel
telur yang tidak dibuahi akan luruh. Nah , kemampuan menstruasi ini
tidak akan terjadi pada seseorang yang sangat kurus. Sebab , ada
persyaratan minimal agar terjadi menstruasi. Salah satunya, bila
komposisi tubuhnya minimal 17 persen mengandung lemak. Padahal , wanita
sangat kurus hanya sedikit memiliki simpanan lemaknya.
Sebaliknya , mereka yang kelebihan lemak juga kerap mengalami
gangguan haid. Bahkan , mereka juga beresiko lebih besar terkena kanker
endometrium (lapisan dalam rahim) dan kanker payudara. Obesitas
memberikan pengaruh pada tubuh melalui sistem endokrin, dimana akan
terjadi perubahan pada keseimbangan antara hormon-hormon. Data
menunjukan, leptin (hormone yang dihasilkan sel lemak) merupakan faktor
utama yang bekerja sebagai mata rantai antara status gizi dan pengaturan
poros hormonal ke ovarium.
Obesitas Pada Pria
Pada pria, obesitas
menyebabkan hambatan dalam kontak seksual. Pria gemuk cenderung pasif.
Padahal , dalam hubungan seksual, pria diharapkan sebagai pihak yang
aktif untuk memulai.
Selain itu, pada pria gemuk, apalagi yang mengalami obesitas, terjadi
penumpukan lemak dimana-mana, termasuk di daerah pubis (diatas
kemaluan). Akibatnya , seringkali didapatkan penis tampak pendek atau
tak cukup menonjol dan tampak kecil. Dengan keadaan seperti ini, tentu
penetrasi akan lebih sulit.
Obesitas juga memberikan pengaruh pada metabolisme hormon androgen,
terutama terhadap testoteron. Masalah infertilitaas yang terjadi
berkaitan dengan kadar testoteron bebas yang rendah di dalam darah pria
obesitas. Padahal testoteron berfungsi menjamin berkembangnya organ
reproduksi, timbulnya cirri-ciri seks sekunder laki-laki sebelum
pubertas dan berlangsungnya spermatogenesis (pembentukan sperma), serta
mempertahankan fungsi seksual setelah pubertas. Jika fungsi seksualnya
tak optimal, tentu saja akan sulit membuat istrinya hamil, kan?
Diet Dan Olahraga
Untuk itu, baik pria maupun wanita yang mengalami obesitaas,
dianjurkan melakukan diet. Umumnya , pola diet adalah rendah kalori,
rendah lemak, cukup protein, dan tinggi serat. Selain itu, juga harus
cukup minum, minimal 2 liter per hari. Ini penting untuk pengeluaran
sisa metabolisme dan juga berguna untuk membuat lambung cepat penuh.
Namun , diet apa saja belum cukup, harus dibarengi dengan olahraga.
Jika hanya dengan pengaturan makan, meski BB bisa turun tapi tidak
efektif. Sebab , prosentase lemak yang turun hanya 62 persen, sementara
39 persen lainnya merupakan penurunan bobot jaringan lain. Jadi , bila
kita menurunkan BB Cuma dengan diet maka tak hanya lemak yang hilang
tapi juga otot, ligament dan jaringan-jaringan penting yang dibutuhkan
tubuh. Padahal , kalau ototnya terkikis, maka akan gampang menjadi gemuk
lagi.
Itulah mengapa, penderita obesitas yang ingin menurunkan BB sebaiknya
melakukan kombinasi pengaturan makan dan olahraga. Namun , penurunan
BB-nya tak boleh terlalu cepat. Sebab, penurunan yang cepat akan disusul
dengan kenaikan yang cepat pula. Bahkan , kenaikan yang terjadi
biasanya akan lebih banyak dari berat semula. Sementara untuk
menurunkannya kembali, diperlukan waktu yang lama dan tak bisa sebanyak
seperti yang pertama kali. Inilah yang disebut dengan Yoyo Syndrom. Bila seseorang sudah terkena Yoyo syndrome, biasanya tekanan darahnya akan cepat naik. Ini tentu saja berbahaya.
Jadi, sudah cukup baik bila dalam satu minggu terjadi penurunan BB
antara 0,5-1 kg. mungkin , penurunan BB-nya akan lebih lama tapi yang
penting bisa langgeng dan tak gampang naik lagi.
Berat Badan Dan Pengaruhnya Pada Kesuburan
Posted by Unknown
on Monday, October 6, 2014,
Add Comment
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Berat Badan Dan Pengaruhnya Pada Kesuburan"
Post a Comment