PADA masa tertentu, nafsu makan anak kadang berkurang. Hal ini seringkali membuat para orang tua khawatir dapat mengganggu pertumbuhan anaknya. Pengurangan nafsu makan dapat disebabkan berbagai hal misalnya anak baru tumbuh gigi, sedang sariawan, sakit tenggorokan, batuk, pilek dan lain-lain. Hubungi dokter atau ahli gizi bila anak tidak mau makan lengkap dalam waktu 2 minggu. Berikut sekilas bahasan penyebab anak susah makan & tips singkat mengatasinya :
1. Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan
Menu makan saat bayi berusia lebih dari 6 bulan yang kurang bervariasi
akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian
makanan yang campur aduk antara lauk pauk seperti makanan diblender jadi
satu. Sama seperti orang dewasa, kalau kita makan dengan menu yang sama
setiap hari dan disajikan dengan campur aduk, pasti akan malas makan.
Begitu juga dengan pengenalan makanan kasar.
Tips : Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika
perlu buat menu makan anak selama 1 minggu untuk mempermudah ibu
mengatur variasi makanan. Seperti kalau anak tidak mau makan nasi, bisa
diganti dengan roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb. Penyajian makanan yang
menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan
nasi dengan lauk pauknya. Hias dengan aneka warna & bentuk. Jika
perlu cetak makanan dengan cetakan kue yang lucu.
2. Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan
Membiarkan anak memakan cemilan padat kalori menjelang waktu makan tiba
akan menyebabkan anak malas makan karena sudah merasa kenyang. Camilan
itu seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb.
Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum
waktu makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat seperti potongan buah,
sayur kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb.
3. Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang bisa
menggantikan makanan utama seperti nasi, sayur & lauk pauknya. Orang
tua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua
sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu.
Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja
susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1 tahun, kehadiran susu
dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk
memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini
dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur & buah.
Tips : Kurangi susu ! Di atas usia 1 tahun kebutuhan
susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dengan berbagai jenis
makanan. Ubah pola pikir orangtua.
4. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya,
terutama orang tuanya. Banyak perilaku yang dilakukan orang tuanya yang
mempengaruhi perilaku makan anak. Misalnya, anak yang tumbuh dalam
lingkungan keluarga yang malas makan (diet), akan mengembangkan perilaku
malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih
menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak gak terlatih untuk
bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga seperti
kebiasaan orang tua ketika menenangkan anak yang sedang rewel dengan
cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan,
coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan.
Tips : Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku
orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam,
belajar & menerapkan semua hal yang ia dapat dari lingkungan
sekitarnya, terutama orang tuanya. Biarkan anak mencoba memakan makanan
sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Gak perlu takut berantakan, "feeding
is about learning".
5. Munculnya sikap negativistik fase normal yang dilewati tiap anak
Pada usia di atas 2 tahun, anak sering membangkang atau tidak mau
patuh. Saat makan tiba, anak terkadang mengatakan tidak mau atau
makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap
negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yang dilalui oleh
tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan
perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent. Jadi
balita umumnya ditandai dengan AKU, artinya segala sesuatunya harus
berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Nah banyak orang
tua yang tidak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan
gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa
anaknya makan. Ada ortu yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara-cara
tersebut harus dihindari.
Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan semakin melawan
(sebagai wujud negativistiknya). Realisasinya apalagi kalau bukan
penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai
dewasa tidak makan nasi atau sama sekali tidak menyentuh daging, bisa
jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma
akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Tips : Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah orang
tua yang otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak
membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yang baik dengan anak.
Bersabarlah menghadapi anak, rumah adalah madrasah pertama & utama
bagi anak.
6. Anak sedang sakit / sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan karena anak sedang sakit
atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan cerewet,
maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.
Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yang baik.
Jangan paksakan anak kalau tidak mau makan. Beri makanan ringan yang
padat kalori, seperti makaroni skutel, dsb. Dan yang perlu diingat
baik-baik oleh orang tua adalah, seberapapun anak tidak mau / susah
makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan, selama mentalnya
sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.
Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, jalin komunikasi yang
baik, terus belajar menjadi orang tua yang baik dan ceras, yang bisa
memahami kondisi anak dan merawat anak dengan penuh kesabaran.
0 Response to "Tips Praktis Mengatasi anak Susah Makan "
Post a Comment