Jika bayi bisa lahir secara alami, mengapa harus disesar? Ternyata, bayi lahir sesar lebih beresiko mengalami berbagai gangguan kesehatan dibandingkan bayi lahir normal. Apa saja gangguan itu? Dr.Erick Fransisco Kan, M.Med, Sp.A dari Siloam Hospital Karawaci membeberkannya.
1. Gangguan pernapasan
TTNB (Transient Tachypnea of the New Born) adalah gangguan pernapasan
yang paling sering dikhawatirkan terjadi pada bayi sesar. Gangguan ini
terjadi akibat cairan yang memenuhi paru-paru janin selama berada dalam
rahim tidak terkompresi mengingat bayi sesar tinggal "terima jadi".
Padahal, proses persalinan per vaginam melewati jalan lahir inilah yang
memungkinkan cairan yang memenuhi paru-paru semasa janin berada dalam
rahim dipompa habis keluar.
Selain itu, proses kompresi juga terjadi berkat kontraksi rahim ibu
secara berkala. Kontraksi yang lama-kelamaan semakin kuat ini akan
menekan tubuh bayi, sehingga otomatis cairan dalam paru-parunya ikut
keluar. Nah, pada bayi sesar, kedua proses kompresi tadi tidak terjadi
dengan sempurna.
2. Rendahnya sistem kekebalan tubuh
Data berdasarkan evidance base memang belum ada. Namun pada proses
persalinan normal, bayi berpindah dari rahim yang nyaris steril ke
lingkungan luar melalui proses yang berlangsung lama dan melibatkan
kontraksi selama berjam-jam. Saat lahir pun, mulut bayi tidak tertutup
sehingga banyak kuman yang masuk ke dalam mulut, bahkan sampai ke
pencernaan. Imbasnya, bayi mengalami kontak alami dengan mikroba floral
dalam jalan lahir ibunya yang kemudian berkoloni di ususnya. Hal ini
sangat berpengaruh pada perkembangan dan pematangan sistem kekebalan
tubuhnya.
3. Rentan alergi
Baik dari kondisi "kotor" di jalan lahir yang tidak dilalui si bayi
yang dilahirkan secara sesar, maupun tertundanya pemberian ASI sesegera
mungkin, membuat risiko alergi pada bayi jadi lebih tinggi. Belum lagi
paparan antibiotik yang biasanya diberikan kepada bayi sesar sebagai
langkah berjaga-jaga dari kemungkinan infeksi, juga meningkatkan risiko
alergi.
4. Emosi cenderung rapuh
Meski belum terbukti melalui penelitian ilmiah, kondisi psikologis bayi
sesar diduga cenderung lebih rapuh dibanding bayi yang dilahirkan
secara normal. Faktanya, bayi yang lahir normal memang dihadapkan pada
kondisi tidak nyaman dimana ia harus melewati jalan lahir yang sempit
dan berliku disertai tekanan hebat akibat kontraksi rahim. Perjuangan
inilah yang diyakini dapat melatih mental si kecil sejak dini. Boleh
jadi faktor ini memberi kontribusi tersendiri terhadap kepribadian si
anak kelak.
Akan tetapi pola asuh yang diberikan orangtua dan bagaimana pengaruh
lingkungan terbukti lebih ikut memberi warna apakah seseorang lebih
tahan banting atau tidak ketika menghadapi stres kehidupan.
5. Terpengaruh anestesi
Kondisi ini mungkin saja terjadi. Karenanya, tim dokter yang terdiri
dari dokter kebidanan dan kandungan, dokter anak, dan dokter anestesi
harus berhitung secermat mungkin agar pembiusan pada bayi berpengaruh
seminim mungkin. Untuk itu, umumnya anestesi yang digunakan adalah
anestesi spinal yang berdosis rendah. Penggunaan bius total membuat bayi
terlihat agak ngantuk karena dikeluarkan saat masih di bawah pengaruh
anestesi.
6. Minim peluang IMD
Bayi sesar kurang mendapatkan kesempatan untuk menjalani IMD alias
inisiasi menyusu dini. Ini karena kondisi bayi sesar berbeda dari
kondisi bayi lahir normal yang bisa langsung ditempelkan di dada ibunya
dengan refleks yang cukup kuat untuk mencapai payudara ibu. Sementara
pada persalinan sesar, hal yang tak bisa segera dilakukan mengingat bayi
biasanya langsung dipasangi infus dan selang oksigen guna membantu
pernapasannya. Si ibu pun umumnya masih dalam keadaan "teler" akibat
pengaruh obat anestesi. (Nakita/Theresia)
0 Response to "6 Risiko Bayi Caesar"
Post a Comment